Senin, 21 Juni 2010

subway jakarta 20014


Sebagai megapolitan yang dihuni lebih 15 juta penduduk, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) belum memiliki sistem angkutan umum massal cepat (mass rapid transit-MRT) yang mumpuni. Untuk menampung 20 jutaan perjalanan dengan kendaraan bermotor per hari, Jakarta baru memiliki MRT berjenis bus Trans-Jakarta yang mengangkut 200 ribu penumpang per hari dan kereta api yang mengangkut

100 ribu penumpang per hari. Kalau semua berjalan sesuai dengan rencana, tahun depan dimulai konstruksi kereta bawah tanah (subway) yang melayani koridor Utara-Selatan Jakarta.

Pembangunan subwayyang pertama di Indonesia ini akan menemui beberapa permasalahan strategis. Pertama, jalur yang terbatas antara Lebak Bulus dan Dukuh Atas hanya mampu mengangkut maksimum 400 ribu orang per hari. Layanan subwaybaru akan beroperasi 2014. Saat itu, diperkirakan, jumlah kendaraan roda empat di Jakarta mencapai 4 juta dan roda dua lebih dari 10 juta. Untuk itu, subwayjelas tidak akan dapat memecahkan persoalan transportasi Jakarta tanpa diintegrasikan dengan berbagai moda transportasi lainnya, terutama bus Trans-Jakarta dan KA komuter Jabodetabek. Di samping itu, fasilitas tempat parkir, terutama di Lebak Bulus menjadi penting untuk menarik para pengguna kendaraan pribadi pindah ke subway.

Kedua, fasilitas transfer penumpang di Dukuh Atas menjadi salah satu kunci khususnya bagi para penumpang yang memiliki tujuan di sekitar koridor utama Sudirman-Thamrin-Kota. Stasiun Dukuh Atas akan menjadi stasiun interkoneksi antarmoda yang sangat strategis dan akan menjadi ikon transportasi di Jakarta. Di titik itu akan berpotongan jalur-jalur busway, subway, waterway, railway(komuter dan bandara), dan monorel. Untuk mencari desain yang optimal, sebaiknya desain stasiun multimoda Dukuh Atas disayembarakan dan dibuka kemungkinan untuk kerja sama dengan swasta.

Ketiga, regulasi yang mengatur hak pembangunan dan penguasaan koridor beserta akses ke berbagai bangunan yang ada di sepanjang jalur subwayakan memegang peranan penting dalam menentukan kesinambungan operasi subway. Integrasi antara operasi subwaydan aktivitas di sepanjang koridor sangat penting. Akses stasiun subwayakan menjadi komoditas yang berharga dan harus dikelola secara benar. Pengelolaan akses yang optimal dapat memberikan tambahan pemasukan bagi pengelola jalur subwayberupa pendapatan di luar tiket.

Keempat, pemilihan jenis rangkaian kereta dan sistem persinyalan akan menentukan biaya investasi dan biaya operasi pemeliharaan sistem. Di dunia ini, terdapat berbagai pilihan teknologi kereta bawah tanah. Beberapa vendor tentunya akan menawarkan produk masing-masing. Mengingat sumber pembiayaan subwayberasal dari Jepang, sangat mungkin terdapat persyaratan agar yang dipergunakan adalah produk Jepang. Sebagai pemilik subwaytentunya pemerintah harus mengkaji berbagai pilihan teknologi tersebut dari segi keselamatan, keamanan, keandalan, dan ketepatan.

Kelima, besarnya tarif tiket akan berpengaruh cukup signifikan terhadap pengembalian investasi. Tarif harus dihitung berdasarkan tingkat keekonomisannya. Itu seluruh biaya, termasuk biaya operasi dan pemeliharaan, depresiasi, dan pembelian fasilitas baru. Besaran tarif teknis yang dihitung akan dipadankan dengan hasil dari

kemampuan pengguna untuk membayar dan kemauan pengguna untuk membayar. Selisih antara tarif teknis dikurangi hasil ATP dan WTP akan merupakan subsidi bagi operasi subway.

Penetapan segmen masyarakat yang akan dilayani akan sangat berpengaruh tidak hanya kepada tarif dan subsidi, tetapi juga kemampuan subwayuntuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Bila yang disasar terlalu rendah, mereka yang memiliki penghasilan lebih tinggi akan enggan untuk menggunakan subway. Akibatnya, yang terjadi tidak mengurangi jumlah kendaraan di jalan, tetapi memindahkan para pengguna kendaraan umum jenis ekonomi (bis ekonomi, bis patas, patas AC) ke subway.

Terakhir, komunikasi publik kepada warga dan terutama mereka yang terkena dampak. Pewartaan kondisi transportasi Jakarta yang akan diwujudkan 2014 akan sangat penting agar publik dapat memahami pembangunan subway. Prakiraan dampak dan identifikasi mereka yang akan terkena dampak perlu dengan dilakukan saksama. Simulasi kondisi lalu lintas di sekitar koridor subwaysaat konstruksi harus disampaikan secara terbuka kepada masyarakat. Pengalaman pengerjaan koridor VIII-X buswayyang menyebabkan kekacauan lalu lintas Jakarta diharapkan tidak terulang lagi. Informasi tentang lokasi-lokasi konstruksi, lama waktu pengerjaan, dan jalur alternatif untuk menghindari kemacetan akan menjadi kunci sukses dukungan masyarakat pada subway.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar